Kamis, 29 Maret 2012

Karyaku th 2009

SKENARIO LANGIT


Detik ini lilin kehidupan
T’lah mulai dinyalakan
Saat itulah layar langit
Mulai disibakkan
Dan panggung-panggung suci pun mulai digelar

Berbagai peran, tokoh dan watak
Mulai dipentaskan oleh Sang Raja Langit
Dilema manusia tak kuasa menolaknya
Jadi sedih, senang, kaya dan miskin
Bukanlah kehendaknya…

Penokohan wayang dan dalang
Itulah gambaran manusia dan Tuhan-Nya
Ia hanyalah sebuah lakon
Ia hanyalah sebuah aktris dan aktor
Yang coba jalankan sebuah skenario besar
Skenario langit…




Surabaya,
Temaram Shubuh yang damai

Rabu, 28 Maret 2012

RENUNGAN 1

Lukisan Kehidupan
Kehidupan manusia dapat diibaratkan dengan gambaran lukisan. Lihatlah kain kanvas putih, yang umum digunakan dalam melukis, itulah gambaran manusia ketika masih bayi, suci, putih tanpa setitik noda dan dosa,ia lahir hanya membawa sebuah Iman Islam yang didapatkannya dari Tuhan-Nya ketika ia berumur 4 bulan dalam kandungan sang bunda. Namun akhirnya ia harus siap menerima coretan-coretan gambar yang indah dalam setiap hidupnya, yang kelak dengan coretan itulah akan lahir sebuah skenario kehidupan besar yang ditulis Tuhan untuk dirinya selama masa pengembaraanya di dunia. Dan ketika kain kanvas itu mulai diberi “warna” oleh sang pelukisnya, dalam hal ini Tuhan, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena ia tak kuasa tuk melawan kehendak hati dari sang pelukis tersebut. Ia hanya pasrah dan tawakkal terhadap permainan kehidupan yang sudah divariasi. Kehidupan yang harus dijalani manusia sangat bermacam-macam, terkadang lukisan dalam kanvas itu sangat indah, itulah gambaran Tuhan dalam memberikan kebahagiaaan untuk umat-Nya di dunia. Namun sesungguhnya jika kita mau bermuhasabah (mengoreksi) tentulah kebahagiaan yang diberikan Tuhan itu ada maksudnya, yaitu untuk menguji sampai seberapa kuatkah iman hamba-nya itu ketika Ia memberikan segelas kebahagiaan, apakah hamba itu semakin tawadhu, qonaah dan dermawan, namun ataukah ia semakin sombong, lalim dan bakhil terhadap kebahagiaan itu?Jadi sebenarnya kebahagiaan itu sama dengan ujian manusia dalam kehidupan di dunia ini yang penuh dengan sandiwara.Lain halnya bila Sang pelukis kehidupan membuat sketsa gambar yang hanya penuh dengna coretan disana-sini, Sekilas bila orang awam itu memandang ia akan tertawa, karena ia berfikir bahwa lukisan itu tiada makna, ia hanya mencemooh dan menghina kebodohan sang pelukis dalam membuat sketsa gambar itu.Namun jika orang yang sudah ahli dalam bidang melukis tentulah sangat berbeda pandangannya dalam melihat lukisan itu, Ia memandang bahwa sesungguhnya lukisan itu sangat bermakna besar, meskipun secara fakta ia hanya sebuah coretan namun didalamnya banyak terkandung nilai estetika yang membedakan lukisan itu dari lukisan sebelumnya.Begitupun dengan kehidupan manusia, ketika manusia dihadapkan pada sebuah coretan kehidupan, dalam hal ini penderitaan, tangisan dan kesengsaraan, sesungguhnya ia telah mendapatkan kebahagiaan yang besar, Karena pada hakikatnya Tuhan sedang menunjukkan kuasa-Nya untuk mengangkat derajatnya menjadi manusia yang mulia, bila dengan penderitaan itu ia tidak merasa berat, putus asa dan semacamnya, maka sesungguhnya ia telah menemukan kebahagian dan kedamaian yang besar dalam hatinya, karena ia telah berhasil lulus ujian berupa penderitaan yang harus dijalaninya dalam panggung sandiwara ini. Namun…bila dia hanya menyesal dan berputus asa atas penderitaan yang sedang diujikan Tuhan dalam separuh kehidupannya ini, maka kegagalanlah yang akan ia temui di akhir kehidupannya ini dan juga pada akhiratnya kelak…Naudzubillah. Jadi…ketika kebahagiaan dan penderitaan itu hadir dalam kehidupan kita, sambutlah ia dengan seulas senyuman terindah, karena ia hanyalah utusan yang dikirimkan Tuhan untuk menunjukkan kuasa-Nya pada manusia. Biarkanlah penderitaan dan kebahagiaan itu dating dan pergi laksana sebuah air yang mengalir…ikutilah alirannya walaupun sederas apapun, namun jangan sampai membiarkan diri untuk larut dalam aliran sungai itu.